PROSES PRODUKSI
Untuk menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas kita harus menjaga serangkain proses yang harus dijaga keefisiennya, meliputi :
1. Penyediaan Bahan Baku Tebu ( Mutu Tebu )
Proses pembuatan gula dimulai dari penyediaan bahan baku tebu, baik jumlah ( Kuantitas ), maupun mutunya ( Kualitas ).
Mutu bahan baku tebu yang disediakan harus memenuhi criteria MBS ( Manis, Bersih, Segar ).
Jumlah bahan baku harus disesuaikan dengan kapasitas giling yang ditetapkan.
Kecermatan pada pekerjaan dibidang ini meberikan andil tidak kurang dari 65% terhadap perolehan rendemen tebu yang akan dihasilkan nanti.
2. Stasiun Penimbangan Tebu
Tebu-tebu yang didapat dari lahan tebu baik milik pg ataupun milik petani ditimbang dan diangkat menggunakan lori-lori. Tebu-tebu tersebut tidak boleh terlalu lama kena sinar matahari karena akan mengurangi tingkat rendemen tebu tersebut. Rendemen tebu adalah kadar nira yang berada di dalam tebu dan akan diolah menjadi gula.
3. Stasiun Gilingan
Tebu yang sudah disiapkan bagian Tebang dan Angkut, setelah ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian dibawa ke setasiun Gilingan menggunakan lori, dari lori diangkat ke Meja Tebu menggunakan Crane, kemudian diperah di gilingan untuk menghasilkan Nira Mentah dan memisahkan ampasnya.
Untuk memperoleh angka Efisiensi ( hasil pemerahan nira ) yang setinggi-tingginya (memperoleh pol ampas gilingan akhir yang serendah-rendahnya dan zat kering ampas setinggi-tingginya) dipengaruhi beberapa factor, diantaranya :
1. Susunan/Jumlah, ukuran kekuatan mesin penggerak alat pengerjaan pendahuluan.
2. Susunan/Jumlah, ukuran Gilingan dan kekuatan mesin penggeraknya.
3. Perhitungan setelan gilingan.
4. Pengoprasian dan pengawasan gilingan, terutama dalam hal :
ü PI (Preparation Index ).
ü Kapasitas giling dan Jam berhenti giling.
ü Putaran rol atas gilingan ( pengumpanan ampas masuk ke rol golingan ).
ü Pemberian air imbibisi ( cara, jumlah, dan suhu ) dan imbibisi nira.
ü Kebersihan Giligan.
ü Reseting setelan gilingan ( bila diperlukan ).
4. Proses Pengolahan
Nira mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan sebelum diproses lebih lanjut harus pula ditimbang lebih dahulu untuk mengetahui beratnya juga untuk mengetahui berapa % pol dan % brix ( untuk mudahnya, % pol = Gula dan % brix = Tetes ).
Untuk mengolah nira mentah menjadi SHS dan Tetes melalui 4 stasiun yaitu :
1. Stasiun Pemurnian
Stasiun Pemurnian bertugas untuk mengolah nira mentah menjadi nira jernih dan blotong dengan menekan sekecil mungkin kehilangan Kristal/pol.
Bahan Pembantu dalam mengolah nira mentah antara lain :
ü Kapur ( untuk membuat susu kapur ),
ü Belerang ( untuk membuat gas SO2 ),
ü Flokulant ( untuk mempercepat pengendapan kotoran, dll.
Indikasi bahwa stasiun Pemurnian bekerja dengan baik adalah Nira jernih yang dihasilkan sangat jernih dan Blotong yang dihasilkan tidak banyak mengandung gula.
2. Stasiun Penguapan
Tugas dari Stasiun Penguapan adalah sesuai dengan namanya yaitu menguapkan air yang dikandung didalam nira jernih sampai pada batas kekentalan tertentu ( lazimnya ± 30º Be ) yang disebut dengan Nira Kental, nira kental dialiri dengan gas SO2 agar hasil gulanya bisa diperoleh lebih putih, kemudian dikirim ke stasiun Masakan.
Catatan:
Air yang diuapkan ditangkap, ditampung untuk pengisi Ketel Uap dan untuk keperluan proses lainnya.
3. Stasiun Masakan
Stasiun Masakan bertugas mengambil hasil gula dan tetes melalui beberapa tingkatan yaitu dengan cara ACD artinya, Nira Kental dimasak pertama di masakan A ( dipisahkan Gula dan Stropnya ) menjadi produksi SHS dan Strop A, Strop A dimasak kedua di masakan C, diputar menghasilkan Gula C dan Strop C, Strop C dimasak di masakan D kemudian diputar menghasilkan Gula D dan Tetes.
4. Stasiun Pendingin
Stasiun Pendingin bertugas untuk menampung hasil dari stasiun masakan ke dalam palung pendingin untuk didinginkan.
Tujuannya agar gula yang masih terlarut dalam cairan/strop dapat menempel pada butir-butir Kristal yang sudah terbentuk, sehingga bisa terbentuk butir Kristal yang lebih besar lagi, proses ini biasa disebut na-kristalisasi atau proses kristalisasi lanjutan.
Untuk waktu pendinginnannya haruslah cukup, karena masing-masing jenis masakan waktu pendinginannya berbeda-beda, diantaranya Masakan A sekitar 2 jam, Masakan C sekitar 3 jam, Masakan D tidak kurang lebih dari 30 jam.
5. Stasiun Putaran
Stasiun bertugas untuk memeisahkan Gula dan Strop untuk masing masing masakan.
Cara kerja stasiun Putaran :
Masakan A diputar 2 x , artinya masakan A diputar pertama, menghasilkan Gula A dan Strop A, kemudian gula A diputaran ke dua menjadi gula SHS dan klare SHS. Gula SHS dikirim ke stasiun Penyelesaian Akhir/ Sugar Handling, klare SHS dikirim ke masakan untuk dimasak lagi, sedangkan Strop A dikirim ke masakan C untuk dimasak lagi.
Masakan C diputar 1 x , menghasilkan Gula C dan Strop C, kemudian gula C Gula C dijadikan bibitan di Masakan A, sedangkan Strop C dikirim ke masakan D untuk dimasak lagi.
Masakan D diputar 2 x , artinya masakan A diputar pertama, menghasilkan Gula D1 dan Strop D ( disebut Tetes ), kemudian gula D1 diputaran ke dua menjadi gula D2 dan klare D. Tetes setelah ditimbang dimasukkan ke pemapungan Tetes, lalau klare D dikirim ke Stasiun Masakan untuk dimasak lagi.
6. Stasiun Penyelesaian Akhir
Stasiun Penyelesaian Akhir/ Sugar Handling, bertugas mengeringkan Gula SHS dari stasiun putaran gula menggunakan Sugar Dryer & Cooler, lalu disaring, dari hasil penyaringan didapatkan gula Produk, gula Krikilan dan gula Abu. Gula Abu dan gula Krikilan dilembur kembali di stasiun Masakan dolah kembali menjadi gula. Sedangkan gula produk dikemas dalam karung 50kg dan dicek berat Timbangannya dan langsung dimasukan ke dalam gudang.
5. Faktor Pendukung
Agar proses pengolahan tebu menjadi gula dan tetes berjalan dengan baik ( efektif dan efisien ) dan diperoleh rendemen tebu setinggi-tingginya, antara lain :
ü Kelancaran dan Keajegan Giling.
ü Kecukupan Penyediaan Uap ( Steam ).
ü Kebersihan dalam pabrik ( peralatan dan lingkungan kerja )
ü Kebersihan dalam pabrik ( peralatan dan lingkungan kerja )
No comments:
Post a Comment