Awalnya dalam catatan sejarah ingeris gula
tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebarnya ke India. Pada
tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia
menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”.
Berbagai penemuan manusia lainnya tentang
keberadaan tebu yang sangat dirahasiakan dan dijaga ketat pada ketika itu,
sedangkan produk olahannya diekspor untuk mengdapatkan keuntungan yang sangat
besar ketika itu.
Tanaman tebu diperkirakan sudah sekian lama
dibudayakan di Jawa. Perantau China, I-Tsing, mencatat bahwa pada tahun 895 M,
gula yang berasal dari tebu dan nira kelapa telah diperdagangkan di
Nusantara.
Sedangkan menurut catatan perjalanan
Marcopolo, hingga abad ke-12 di Jawa belum berkembang industri gula seperti
yang ada di China dan India. Kedatangan orang Eropa, terutama orang Belanda,
pada abad 17 membawa perubahan pada perkembangan tanaman tebu dan industri gula
di Jawa.
Tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah
terjadi ekpidisi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum
dan sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka
menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara
pembuatan gula. Mereka kemudiannya mendirikan pengolahan-pengolahan gula di
berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa
sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang
menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui
tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode
ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di
dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun
1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara
dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula
sangatlah mewah pada waktu itu.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya
dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da
Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana.
Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah
konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya,
Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang
sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya
sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa
menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya
hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan
separuh dari Tobago.
Pertengahan abad ke-17, industri gula
didirikan di sekitar selatan Batavia, dan dikelola oleh orang-orang China
bersama para pejabat VOC.
Pengolahan gula saat itu berjalan dengan
proses yang sederhana. Dua buah silinder kayu yang diletakkan berhimpitan
digunakan sebagai gilingan yang diputar dengan tenaga haiwan (kerbau) atau
manusia. Tebu dimasukkan di antara kedua silinder, kemudian nira yang keluar
ditampung dalam bejana besar yang terdapat di bawah gilingan. Eksport gula ke
Eropah pun bermula pada saat itu, yang berasal dari 130 pengolahan gula (PG
tradisional) di Jawa.
Pada tahun 1750 terdapat 120 kilang pembuatan
gula yang beroperasi di Britania dengan menghasilkan 30,000 ton setahun. Pada
tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang
sangat besar sehingga gula dikenali sebagai “emas putih”. Keadaan ini juga
berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.
No comments:
Post a Comment