Sunday, April 16, 2017

Sejarah Gula Tebu

Awalnya dalam catatan sejarah ingeris gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebarnya ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. 



Berbagai penemuan manusia lainnya tentang keberadaan tebu yang sangat dirahasiakan dan dijaga ketat pada ketika itu, sedangkan produk olahannya diekspor untuk mengdapatkan keuntungan yang sangat besar ketika itu.

Tanaman tebu diperkirakan sudah sekian lama dibudayakan di Jawa. Perantau China, I-Tsing, mencatat bahwa pada tahun 895 M, gula yang berasal dari tebu dan nira kelapa telah diperdagangkan di Nusantara. 

Sedangkan menurut catatan perjalanan Marcopolo, hingga abad ke-12 di Jawa belum berkembang industri gula seperti yang ada di China dan India. Kedatangan orang Eropa, terutama orang Belanda, pada abad 17 membawa perubahan pada perkembangan tanaman tebu dan industri gula di Jawa.

Tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekpidisi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum dan sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Mereka kemudiannya mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.



Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.

Pertengahan abad ke-17, industri gula didirikan di sekitar selatan Batavia, dan dikelola oleh orang-orang China bersama para pejabat VOC. 

Pengolahan gula saat itu berjalan dengan proses yang sederhana. Dua buah silinder kayu yang diletakkan berhimpitan digunakan sebagai gilingan yang diputar dengan tenaga haiwan (kerbau) atau manusia. Tebu dimasukkan di antara kedua silinder, kemudian nira yang keluar ditampung dalam bejana besar yang terdapat di bawah gilingan. Eksport gula ke Eropah pun bermula pada saat itu, yang berasal dari 130 pengolahan gula (PG tradisional) di Jawa.

Pada tahun 1750 terdapat 120 kilang pembuatan gula yang beroperasi di Britania dengan menghasilkan 30,000 ton setahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dikenali sebagai “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.


No comments:

Post a Comment